1. Beratnya 1kg. Warna wow! Fungsi jelas. Indah. Mudah digunakan. Peluncurannya 3 bulan lalu. Banyak inden. Menurut para peminat peminat: harga nominal < nilai manfaat (customer perceived benefit). Banyak sekali rujukan produk hanya dengan spesifikasi tsb. Berapa perbandingan nilai manfaat dan harga menurut persepsi konsumen dan/atau pengguna (CPBP): besar (>1), =1, atau <1? > 1.
2. Ruang segar. Oksigen full. Gembira hati tanpa musim. Desain sentuh syaraf kreatif. Lonjakan spirit inovasi yang diisyaratkan manajemen sejak 8 minggu lalu: Tim pengembangan produk bergerak lincah atur format inovasi. … Intensi: Ciptakan manfaat tanpa batas dengan inovasi fituran nilai. Ruang fisik & sosial hidup. Ada interaksi hati ke hati. Kinerja input, proses & output inovasi tinggi.
3. Sajian kopi pekat kecoklatan seakan panaskan ide-beku mencair & merekreasi. Alunan jazz java, ramah pelayan & dekor apik lengkap iringi nikmatnya kopi Gayo. Ingat kompaknya Symphonie 9, “prendre un cafe” di Starbulan jadi spesial. … Usai rapat pagi itu, senyum iring anjakan kami. Harga 250ml/cangkir Rp30ribu, 120/ml seakan tertatih kejar tingginya nilai guna yang dirasa. Bagaimana urus nilai guna/harga >1?
4. Kini marak kebutuhan ber-ko-inovasi. Pengamatan & pengalaman memperlihatkan banyak kerja sama lama-lama melorot nilai manfaatnya utamanya dari mata konsumen yang harus dipuaskan. Producers must satisfy consumers. Penuh tantangan mengurus & merawat perbandingan nilai manfaat & nilai moneter agar > 1. Proaktif, buka hati, empati & simpati menjadi prasyarat untuk berkomunikasi dengan pelanggan. No discrimination.
5. Saya percaya: proses penciptaan nilai manfaat untuk pelanggan menjadi salah satu pekerjaan besar pencipta-desainer & pengembang produk (barang/jasa) & organisasi dalam arti luas. Makin besar pekerjaan ketika kita sadar: perubahan besar mesti ada dalam perbandingan nilai manfaat/harga. “(1) Innovation is work:” tanpa kerja, persistensi & fokus, kecil kemungkinan ada inovasi efektif. Itu 1 dari 11 prinsipal.
6. Bilik itu tak hampa lagi. Jendela yang terbuka total tandai sirkulasi ide liar. Aliran darah relaks O2 menyelaputi rumah inovasi itu. Ada di situ, mustahil mengelak dari daya tarik alamiah kultural berinspirasi. Daya kreativitas bangkit menciptakan “nilai manfaat/harga >1” berkat dukungan ‘social milieu’: training, expectation, resources, recognition, hope, opportunity, reward (Csikszentmihalyi: 330, Creativity).
7. Czikszentmihalyi (Creativity, Harper, 1996): langkah perdana untuk kehidupan lebih kreatif: mengolah keingintahuan & minat, alokasikan perhatian kita pada banyak hal “for their own sake” bukan demi yang lain-lain. Individu kreatif seperti anak-anak–kuriositas tetap segar bahkan pada usia 90 tahun! “Try to be surprised by something everyday” oleh apa yang Anda baca, lihat atau dengar. Dll.
8. Belajar dari Larry King (sudah mewawancarai lebih dari 40.000 narasumber), narasumber yang baik adalah seseorang yang dapat menjelaskan apa yang ia lakukan dengan baik, memiliki ketertarikan tinggi akan hal yang dibicarakan, memiliki selera humor yang baik, dan dapat merespons dengan cepat. Hmmm
9. Di ruang 8×9 di satu hotel bintang di Jakarsa, saya henyak kagum juga kagok dengan kelihaian & kehandalan seorang speaker kaliber bintang lima. Saya barulah satu dari 39 peserta yang punya kesempatan langka untuk bisa membelalak mata dengan totalitas ekspresi tubuh luar biasa. Narasumber itu kocak luar dan berhasil mendobrak segala beban potensi diri yang belum mapan menjadi bongkahan kristal kilau siap asah.
10. Gayanya membobrok benteng tiang keangkuhan makhluk yang kadang-kerap sok spiritual, sok etis, sok intelek. Inspirasinya mengalir bak air terjun deras diselingi air mancur tenang Fontana di Trevi di salah satu sisi Roma…mengalir ke relung batu keras melunak & rekah karena hentakan hening gemuruh air terjun. Guyonannya bukan lucuan. Penuh makna tanpa kemewahan. Nyata sederhana dalam keseluruhannya.
11. Tanpa rasa, waktu jam berjalan jelang detik pisah kalimat penutup, membuka keheningan kagum henyak peserta dewasa. Keheningan yang membebaskan & menyatukan. Bebas dari kesibukan harian warga urban. Bersatu karena merasakan manfaat yang sama untuk sebuah pengorbanan & pembayaran tidak percuma. O o waktunya angkat kaki dari ruangan. Perangkat foto hp mulai “cekrek-cekrek cheese” tandai saat hidup “baru”.
12. Buku itu ukurannya kurang dari batasan UNESCO walau tebalannya ok > 40 halaman. Ada di sudut rak TB Gilbert Jeune, setapak dua dekat stasiun Metro St Michel. Wah …! Henyak senang menemukannya. Pelajar asal Indonesia itu sering ke situ, luang waktu sambil jalanan di Quartier Latin Paris kitaran Sorbonne. Harga buku 🙂 mengundang pembelian, tidak seberapa dibanding nilai manfaat yang ia persepsikan.
13. Let’s look at the bright sight, 1 dari yang pertama ia ingat sejak kenal Bahasa Inggris di 1970an. Guru inspiratif ada di mana-mana. Radio & TV pun jadi rekan & guru. Bahasa Inggris, thanks to Radio Australia, BBC, VOA; TVRI bu Siti Nur Ubay & pak Anton Hilman. Pos datang antar buku dari Aussie & UK buat girang hati anak kampung—yang pulang sekolah-SD main di tengah sawah halau burung rindu butiran padi.
14. Keheningan, ketenangan & perhatian penonton betul-betul menggerakkan panggung. Panggung itu hidup penuh pesona & passion performer. Love be the key word. Cintai penonton, narasumber, semua pihak. Kasih membuka & menyembuhkan segalanya. Kekhilafan atau kesalahan yang terjadi jadi nihil berkat pengertian, permakluman & pengampunan.
15. Sederhana. Banyak proses pembuatan produk mulai dari hal kasat mata. Sebagian orang bisa kembangkan itu hingga berefek manfaat/harga luar biasa. Perlu mata belalak curious, telinga lebar, kulit bersih pori terbuka untuk menangkap apa yang konsumen butuhkan, apa yang belum ada di pasar & perlu. Kembangkan hasil observasi dengan pemahaman penuh. Buat prototipe … cek pasar sebelum jadi produk final siap jual-beli.
16. Ada 10.000 jam di “kelas,” tak harus di depan kelas kampus maupun korporat. Rata-rata 4,5 jam per hari jika 2190 hari. Mengajar-belajar bergizi menambah makna tiap momen pertemuan dengan peserta dalam formasi kelas yang makin “CPV>P.” Ia unggulkan praktik pembelajaran konstruktivis, sebagai fasilitator pembelajaran orang-orang kreatif, banyak akal, & mampu memecahkan masalah mereka. Pusat: peserta.
17. Ide mengampu kelas muncul mengalir lebat, on the spot, membuat dialog kelas terjadi multilog berbagai arah satu tujuan, klarifikasi mengarah refleksi. Pengalaman menunjukkan hasil memuaskan banyak pihak yang terlibat & melibatkan diri. Ia menerapkan tiga tahapan proses kelas: pemanasan, content development, cooling-down, & conclusion to reflection.
18. Jaga pengalaman pelanggan sebelum, saat, & setelah pembelian, dalam konteks apapun. Kecewanya pelanggan sebabkan ‘pembelian’ (dalam konteks apapun) stop cepat atau lambat. Desainlah pengalaman-pengalaman berinteraksi tsb. Bagaimana mendesainnya? Apa saja yang harus diperhatikan? Siapa saja perlu dilibatkan? The do’s, dont’s, conditions?
19. Baru-baru ini kami kunjung supermarket yang usai bebenah dekor fisiknya. Tata barang dagangan lebih apik dengan kilau lampu tanpa merahkan mata. Surprise! deh! Siapa tak betah di situ berlama. Selesai ambil yang diperlukan walau godaan menyentuh tak kepalang tanggung, kami pun siap bayar di kasir yang duduknya sudah geser sesuai desain baru fisik toko. Di sini pengalaman indah berbelanja tadi seakan sirna ketika.
20. Asyik bersama mesin hitung, kasir sepi-peduli bahwa ia sedang bersama sesamanya. Senyumnya sembunyi di balik hati mungkin sedang galau. Mata sunyi sinar. Minus terima kasih setidaknya basa-basilah 🙂 … Kartu-gesek-tanda tangan-kertas. Proaktif kami daraskan thanks. Senyap. Sambil jalan bisik kami: desain fisik mewah itu tak mampu tanggung beban interior manusia-manusianya yang masih gaya lama. What to do?
21. Tadi kami santap siang minimalis di satu resto di bilangan Jaksel. Pengunjung tanpa henti di siang bolong itu. Pesanan demi pesanan cekat dilayani. Satu kalimat menarik perhatian, diucapkan saat pengunjung anjak pergi tinggalkan ruang makan. “Terima kasih atas kunjungannyaaa.” 🙂 (Lho kunjungan siapa?) Bandingkan jika diucapkan lebih personal “Terima kasih atas kunjungan Bpk/Ibu, Mb/Mas…” (lebih perso toh).
22. Mengapa orang tidak mau membayar nilai manfaat yang ia peroleh dengan seketika atau segera? Apa yang mengganjelnya? Check the balance!
23. Inovasi tak sekedar istilah teknis & ekonomis. Ia sosial. Seberapa besar kita melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam prosesnya? Seberapa besar kita memperhitungkan pengalaman yang klien/pelanggan alami saat interaksi dengan barang/jasa? Prinsip menang-menang alias simbiosis mutualistis perlu junjungan tinggi. Hanya fokus pada keuntungan uang, relasi lestari jadi sepi.
24. Ingat produk/layanan yang sering kita gunakan… perhatikan bagian mana yang paling sering kita berinteraksi dengan. Pasta gigi misalnya. Penutup tube & bagian ujung bawah sering kita sentuh, bukan? Pergi ke bank? Pesan tiket pesawat? Ikut kelas di sekolah? Contoh produk pasta gigi, seberapa besar pengembang memberi perhatian lebih pada dua bagian itu sehingga pengalaman penggunaan betul-betul wow!
25. Bila kita belanja di supermarket atau hipermarket, mau tidak mau sebelum belanjaan sampai rumah, kita bertemu kasir. Ini adalah satu poin & momen interaksi yang dapat dirancang sedemikian rupa sehingga betul-betul “creating value” dari lubuk hati terdalam karena desain interaksi yang luar biasa. Bukan basa basi. Bukan diam. We are talking to each other 🙂 walau hanya sekelebat menit. Bukan sekedar transaksi.
26. Ringkasan dari seorang sobat lama: … Ia pernah bekerja sama dengan organizer untuk atur sebundel acaranya. Interaksinya cukup tinggi dengan tim EO. Apalagi saat persiapan proyek, jelang D-day, D-day, & saat pembayaran tanda usai atur satu event. Ia bersua banyak EO yang mendesain dengan unggul pengalaman interaksi mereka dengan klien. Hasil: manfaat kerja sama itu jadi wah luar biasa! Money can’t buy it.
27. Belum semua produk ada “default function”; pengguna/konsumen harus papasan dengan fungsi/tombol-tombol yang tidak perlu. Pernah Anda ingin telpon bank hanya untuk cek transaksi luar negeri Anda yang terakhir & Anda harus lewati banyak info & pencet/klik sana sini dulu? Ini bagian dari desain, kata kerja. Just to the point of benefits! Zero the product-service bureaucracy.
28. Deru Air France injak Charles de Gaule Aeroport pagi 30 Juni 1997, matahari masih lelap di musim panas Parisian. Bersama rekan, ia telusur dengan mata ingin tahu & serasa ‘deja vu’ lorong-lorong menuju shuttle utusan CROUS Paris. Walau kantuk masih membahana di wajah, girang tiba di kota mode berkuasa membelalak mata kiri kanan sepanjang perjalanan dari utara wilayah Paris ke tengah Paris area Park Royal. …
29. Tak lama usai urus ini itu, ia kemas semangat ingin lihat pondokan yang ia sudah pesan dari JKT. ‘Deja Vu’ memudahkan. Kejutan-kejutan berinteraksi dengan banyak hal baru yang “memudahkan”; jadikan Paris sebagai salah satu kota inovatif dunia. Kesederhanaan tampak dari kemudahan menggunakan fasilitas (facile: mudah, Bahasa Perancis) tanpa harus berpeluh membaca instruksi petunjuk penggunaan panjang lebar.
30. Cite Universitaire de Paris merupakan area tinggal mahasiswa internasional di Paris. Jika lihat peta, ada di selatan kota Paris, Kawasan 14. Di situlah Residence Robert Garric, menjadi bagian dari Maison Internationale. CIUP (www.ciup.fr) hadirkan suasana lebihi ekspektasi. Surprises & surprises, penuh CPV>P dalam arti ekonomi & sosial. Bertemu 35 rekan beda bangsa, bahasa, jurusan studi: membuat kikuk jadi kuriositas. …
31. Ruang makan & dapur bersama beri ruang interaksi habitus lama & baru jadi terbarui. Harum masakan ragam resep tandai asal bumi lahir beragam. Kadang aroma tertentu mengagetkan syaraf penciuman rekan. … CIUP hadirkan pengalaman tanpa tandingan. Konser musik gratis nikmati. Nonton opera setengah harga. Resto mahasiswa. Taman sumber oksigen. Diskusi “in French” latih lemaskan lidah kaku… Dan seabrek manfaat dll.
32. Tujuh jam lagi. Ia buka halaman secara acak & ambil satu/lebih kalimat The Little Big Things: 163 Ways to Pursue Excellence (Tom Peters 2010:151): “Of course extraordinary work deserves extraordinary rewards. … I am damn well suggesting in the strongest terms I can muster that you…constantly [emphasized]…offer recognition (positive reinforcement) for the tiniest steps in the right direction.”
33. …33 menit lagi. Memperhatikan hal-hal kecil yang benar dapat meningkatkan dampak manfaat luar biasa bagi sekaligus: pelanggan & produsen. Tom Peters (2010:390) tulis: “The 25 companies that made BusinessWeek’s first “Customer Service Champs” list in 2007 are very, very, very, very [emphasized], very serious about the “little things” and the frontline service providers who make or break a Little Things Movement.
34. Organisasi itu ada untuk MELAYANI (to serve), saling melayani. “Enterprise* (*at its best): An emotional, vital, innovative, joyful, creative, entrepreneurial endeavor that maximizes individuals’ growth and elicits maximum concerted human potential in the wholehearted service of others” (Tom Peters 2010:411).
35. Ia merasa memilih hanya 1 kecenderungan belum mewakili dirinya, apakah ia cenderung ekstrovert atau introvert. Ia melihat punya 2 kecenderungan itu. Mihaly Csikszentmihalyi dalam Creativity (HarperCollins 1997:65):”Creative people seem to harbor opposite tendencies on the continuum between extroversion and introversion. … Creative individuals, on the other hand, seem to express both traits at the same time.”
36. M Csikszentmihalyi (1997:72) juga mengungkapkan:”Most creative persons are very passionate [italic] about their work, yet they can be extremely objective [italic] about it as well. … Without the passion, we soon lose interest in a difficult task. Yet without being objective about it, our work is not very good and lacks credibility.”
37. (1) Persiapan, tenggelam dalam, sadar atau tidak, dalam satu isu problematik menarik & menggairahkan keingintahuan. (2) Inkubasi, saat ide muncul di bawah ambang kesadaran… koneksi-koneksi yang tidak biasa bermunculan di sini. “…when ideas call to each other on their own, without our leading them down a straight and narrow path, unexpected combinations may come into being” (Csikszentmihalyi, 79)….
38. Itu baru 2 tahap proses kreatif yang sering dipapar. (3) Insight atau momen “Aha!” (4) Evaluasi, ketika seseorang harus memutuskan apakah insight tsb bernilai atau tidak perlu digubris lagi. (5) Elaborasi, tahap paling menguras waktu & melibatkan kerja lebih keras. TA Edison merujuknya sebagai komponen kreativitas yang terdiri dari 1% inspirasi dan 99% perspirasi (peluh). Csikszentmihalyi mengulasnya pada Bab 4.
39. THE PRACTICE OF INNOVATION menjadi tema RUANG KERJA DESAIN inspirasi hingga implementasi yang tersendiri. Ia mengangkat konsep & perangkat serta cara bagaimana praktik-praktik inovasi yang efektif dilaksanakan. Sumber dan prinsip apa yang harus dikuasai? Bagaimana proses praktiknya? Samakah dengan proses kreatif? Pertanyaan atau keingintahuan apa lagi yang ada ketika mendengar tema THE PRACTICE OF INNOVATION?
40. Peter Drucker (Innovation & Entrepreneurship, HarperCollins 1985, 1993: 263) menulis hal yang sangat relevan sampai sekarang: “We need to learn to ask in respect to any proposed new governmental policy or measure: Does it further society’s ability to innovate? Does it promote social and economic flexibility? Or does it impede and penalize innovation and entrepreneurship? …, impact on society’s ability to innovate cannot and should not be the determining, let alone the sole criterion. But it needs to be taken into consideration before a new policy or a new measure is enacted—and today it is not taken into account in any country (…) or by any policy maker.” [AF]
AvAnTi FoNtAnA
Seorang kawan, biasa di panggil Mr Pinky alias Ibenk, menemukan kreasi kalimat ini: Ayo inoVAsi taNpa henTI. TELfon taNYA naSIHATNYA.
HaPpY BiRtHdAy – ThAnK YoU fOr All Attention & Collaboration.