Proses inovasi sering dirujuk secara umum sebagai tiga tahap kegiatan yang terintegrasi. Tiga kegiatan itu:
1. kegiatan menggali ide-ide kreatif dan inovatif atau disebut IDEASI (fokus pada tematika tertentu atau bebas yang mau “diatasi” atau “diusulkan”) (IDEASI perlu dilakukan dalam waktu yang tertentu dan ada persiapan yang cukup sebelum IDEASI dilakukan);
2. kegiatan memilih sejumlah tertentu dari ide-ide yang telah digali di atas (menggunakan kriteria tertentu);
3. kegiatan mengembangkan ide-ide yang telah dipilih (pada tahap kedua di atas) menjadi “produk” yang bermanfaat untuk target pengguna tertentu atau target pengguna massal;
4. setelah jadi “produk” tersebut, sekarang giliran menyebarluaskannya kepada target tertentu atau target massal.
Pada setiap fase kegiatan di atas, ada saja tantangan yang dihadapi. Misalnya pada:
1. fase ideasi, tantangan pada “keburu-buruan” karena mau cepat berhasil dan lupa mempersiapkan proses ideasi dengan baik, seperti mengamati dan memahami lebih dalam lingkungan atau situasi target yang mau dilayani …
2. fase seleksi, tantangan pada “ketakutan” tidak akan ada cukup sumber daya untuk mewujudkan ide-ide inovatif menjadi “produk” inovatif sehingga kualitas ide dikorbankan …
3. fase pengembangan, tantangan pada “ingin cepat jadi” sehingga tidak cukup waktu atau lupa melakukan pengecekan ulang ke lapangan tentang seberapa baiknya prototipe “produk” yang akan dihasilkan …
4. fase difusi, tantangan pada “kelamaan” melakukannya; sudah jelas ada nilai manfaat dari “produk” yang dikembangkan, mengapa lambat atau belum juga disebarluaskan? Ada tantangan sebaliknya, “produk” belum cukup utuh tetapi sudah disebarluaskan. Untuk yang terakhir ini tergantung tujuan penyebarluasan di awal ini, apakah untuk “menguji” pasar atau memang kesalahan teknis. Hindari kesalahan teknis dengan mengatasi tantangan pada fase 1-3 di atas …
(… : terbuka pemikiran baru)