Prosesi Pembangunan dari Krisis ke Katarsis

Development
Crisis to Catharsis

Inovasi adalah keberhasilan ekonomi karena produsen/pemerintah sebagai penyedia atau penjual barang atau jasa memperkenalkan cara baru dalam mentransformasi input menjadi output atau dalam mengkombinasi cara-cara mentransformasi input menjadi output untuk menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna (yang dipersepsikan dan dirasakan oleh konsumen, pengguna, masyarakat, rakyat) dan nilai moneter (harga) yang ditetapkan oleh produsen/penjual/pemerintah/penyedia barang dan jasa. Perekonomian berdaya inovasi mampu menghasilkan nilai tambah unik dan substansial bagi konsumen dan/atau masyarakatnya dan akan secara otomatis berimbas positif kepada pelaku-pelaku perekonomian itu sendiri. Kinerja finansial-ekonomi dan kinerja sosial jalan bersama bergandengan tangan. Maukah Indonesia memanfaatkan peluang pembangunan perekonomian kreatif, berstamina tangguh di tengah gempuran krisis? Maukah Indonesia merespons krisis secara proaktif? Bagaimana caranya?

Artikel Sri Adiningsih (Kompas 1/4/08) memberi nada optimis bagi Indonesia dalam menghadapi krisis. Indonesia, negara yang kaya sumberdaya alam dan sumberdaya manusia karya jangan terbenam dalam krisis dan permasalah ekonomi global yang masuk hingga relung-relung perekonomian kehidupan rakyat banyak. Mari kita melihat dengan pandangan mata baru. Ubah cara melihat lingkaran pembangunan bukan dalam lingkaran setan (vicious circle) tetapi dalam lingkaran Tuhan (virtuous circle). Idealnya situasi yang disebut krisis dewasa ini memberi atau membuat kita berefleksi dan menangkap peluang serta memanfaatkannya.

Menurut Kompas (24/3/08 halaman 17), pemerintah memilih untuk tetap membiarkan harga kebutuhan pokok melambung hingga mencapai titik stabil. Sementara itu, pihak yang paling terkena dampaknya akan tetap dilindungi dengan pemberian subsidi. …Bulog mengendalikan harga beras Rp4.000-Rp6.000 per kilogram. Lonjakan harga-harga di luar harga beras akan diredam dengan berbagai langkah instrumen seperti menaikkan pajak ekspor. Untuk minyak goreng, pemerintah mengalokasikan dana Rp500milyar untuk menyubsidi 19,2 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Pemerintah bekerjasama dengan produsen minyak goreng menjual minyak goreng Rp2500/kg. Harga tersebut lebih murah dari harga pasar yang kini dijual Rp12.500/kg. Kepada 115 perajin tahu tempe di Indonesia, pemerintah memberi subsidi Rp1000 untuk setiap kilo kedelai yang dibeli. Solusi jangka panjang yang pemerintah akan lakukan adalah meningkatkan produksi dalam negeri dan melancarkan distribusi berbagai komoditas supaya harga lebih terkontrol baik bagi petani maupun konsumen.

Pertanyaannya sampai kapan subsidi diberikan? Bagaimana meningkatkan produksi dalam negeri? Bagaimana meningkatkan nilai tambah hasil produksi dalam negeri? Bagaimana memampukan rakyat dalam beraktivitas membangun? Bagaimana meningkatkan kepedulian semua pihak utamanya yang sedang memiliki kekuatan kekuasaan dan pengambilan keputusan kepada rakyat yang masih lemah, unit-unit usaha yang masih lemah?

Pemerintah Indonesia bersama para pemangku kepentingan yang relevan, sekarang, harus memelopori upaya pencarian solusi, saat ini, yang berdampak jangka panjang dan antisipatif sehingga bertahap Indonesia dapat membangun ketahanan ekonomi dan ketahanan ekonomi rakyatnya. Cari titik terang di tengah krisis. ’Berkat’ krisis, Indonesia tidak terlena dalam kelimpahan sumberdaya. ’Berkat’ krisis, Indonesia menyadari betapa besar potensi kehidupan bangsa ini. ’Berkat’ krisis, Indonesia menjadi lebih kreatif dan mau membangun kewirausahaan dan daya inovasi. Kewirausahaan adalah kemampuan memanfaatkan peluang.

Pelaku inovasi adalah entrepreneur atau intrapreneur. Setiap anak bangsa berpeluang menjadi pelaku inovasi. Inovasi dapat terjadi di tingkat individu, organisasi, dan sosietas/negara. Inovasi yang berhasil membuahkan kinerja ekonomi dan kinerja sosial. Kewirausahaan dan inovasi yang terarah dapat menjadi motor pembangunan.

Data BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UMKM (2005) menunjukkan: ada 47 juta lebih unit usaha mikro, kecil dan menengah dengan serapan tenaga kerja 96% dari total penyerapan tenaga kerja. Peran UKM dalam penciptaan produk domestik bruto (PDB) nasional menurut harga berlaku hanya 53%. Hasil diskusi panel (Kompas 29/2/08) melaporkan: sektor UKM di Indonesia yang menjadi penopang ekonomi lebih dari 50% penduduk sedang di ambang kebangkrutan. Industri tempe hingga pengecoran baja tiarap! Usaha perdagangan di pasar tradisional hancur. Para pengusaha Ceper terpaksa harus membeli batu bara dari China yang berasal dari tambang-tambang Indonesia. Pengusaha kesulitan bahan bakar dan bahan baku.

Dalam menyikapi krisis dan permasalah ekonomi global yang berdampak pada perekonomian nasional dan perekonomian rakyat, intervensi kebijakan fiskal dan moneter saja tidak cukup. Kebijakan pemerintah harus memperhitungkan efek kini dan jangka panjang dan harus merembes ke dan dapat diserap oleh sektor riil. Pemerintah (misalnya dengan bermitra dengan perusahaan BUMN dan Swasta) dapat memelopori pengembangan kewirausahaan dan inovasi pada tingkat unit usaha (organisasi), komunitas masyarakat dan para pemimpin/pengelola unit-unit usaha khususnya skala mikro, kecil, dan menengah mengingat mereka paling merasakan dampak krisis. Mengapa? Kita dapat memperoleh banyak jawaban berdalih alih-alih jawaban proaktif bagaimana menutup kesenjangan ekonomi dan inovasi pembangunan ini.

Entrepreneurship
Innovation Capability

Kewirausahaan dan Daya Inovasi Indonesia

Sudah cukup kuatkah pemicu bagi Indonesia untuk bangkit di tengah krisis, masuk dalam katarsis kreativitas, kewirausahaan dan inovasi pembangunan? Jenis pembangunan seperti apa yang Indonesia perlukan? Bagaimana bila para pemimpin melihat paradigma pembangunan Indonesia sebagai pembangunan yang manusiawi (people-centered development) dengan keterarahan kepada Sang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, yang ramah lingkungan (eco-friendly development) dan yang dikelola dalam dengan manajemen yang berkarakter (good governance)?

Bagaimana kalau kita melihat bahwa sekarang adalah saat tepat untuk Indonesia menemukan peluang pembangunan kreatif yang belum tersentuh kebijakan?

Melihat bahwa pembangunan adalah proses sosial yang mengandalkan pada kreativitas sosial; none of us is as smart as all of us, maka semua suara pemangku kepentingan (stakeholders) harus didengar. Pendekatan manajemen pengetahuan (knowledge management) relevan digunakan dalam konteks pembangunan karena semua hal, isu, pelaku ekonomi, dampak-dampak tindakan adalah interdependen, saling terkait dan tergantung. All voices must be heard.

Cara pandang ’krisis’ yang reaktif, protektif, persepsi parsial, keterisolasian, keraguan akan adanya titik terang, polarisasi dan konflik, ketakutan, kepanikan dan memori pengalaman ketakutan/traumatis bergeser/berubah ke cara pandang ’spiritus – katarsis’ yang responsif-proaktif, eksploratif, persepsi holistik, kesatuan, kesadaran kolektif, trust, kelimpahan, optimis, semangat, bebas dan kreativitas, memori dan pengalaman kejayaan membawa hikmah bahwa kita pun bisa hidup (lebih) baik (berpengharapan).

Mari Indonesia bersiap menuju dan masuk dalam perekonomian kreatif. @F

Creative Economy
Virtuous-Cycle Development

Avanti Fontana